“Defense of petrograd” (1928) karya Alexander Deineka | Sumber: Wikimedia

KOREK API

Apa yang mana
Dan yang mana apa

Huh

TIKAR HITAM

III.
(kala duka bulan runtuh dilirik lembing-lembing legiun edison,
berdua kita setubuhi jalanan)

lihatlah……
pohonpohon lelap dibelai mama malam
antara sendu siul angin, dengar dengkurnya
meniupniup putih bajumu menggelombang putih selendangmu

hooooooi……
jiwamu yang separoh tersisa
temanilah aku dulu; keringkan air mata petaka
bulan yang tak lagi dikunjung

(belum nampak ujung gang kecil, warung sempit
semenit intermezo pun lelap)

di malam dan perjalanan ini aku masih rindu manis kata
walau….. ladangladang tebu telah tenggelam jauh dari sini
karena hidup begitu miskin melodi

(setelah sedepah itu, gang sempit menjenguk di balik awan
warung kecil menyunyi di lekuk bulan runcing)

ahhhhhduh…… tiba kau padanya,
ucapan selamat tinggal pada malam
pada jalanan tumpangan kita; juga buatku
jiwamu telah penat tubuhmu terlumur tawar rasa.
ucapkan selamat tinggal sekali lagi… sekali lagi… sekali lagi…

(seselendang putih tak kau kibarkan lagi, tubuhmu yang memerah
perlahan menghitam abu)

nah begitu, selamat berlayar entah ke mana atau
tenggelam entah di mana
persahabatan kita dibatasi kefanaanku
yang sedikit lebih beruntung darimu

—kembara sesepuluh menit bersama pembara dan berpisah di kibasan tangannya jatuh di selokan terlupakan—

2003

“The Raft of Medusa” (1819) karya Theodore Gericault | Sumber: wikimedia

PERJALANAN

4.
dan sekalikali pun bahkan
tak kukisahkah tangis ini padamu
tangis karena hantaman tinju keras
angin selatan pada tengkukku

angin selatan adalah saksi sebuah
pertemuan singkat dan secuil
kecerobohan yang tak menyisahkan tanah sedikit pun

karena angin di setiap hembusannya
sematamata angin
peresah akan mengkidungkan lagu dukacita
penceria akan mensajakan harapan

(sedangkan aku masih sempat mengaromai deodorant extreme
for men bercup biru dari ketiak lelaki kurus berkemeja pasar impres yang
berhimpit berdiri dengan gadis berkulit pualam berjepit rambut
merah kereta api listrik ekonomi non ac di sebuah halte tua dekat
proyek pembangunan mall yang belum rampung)

dan angin
angin pada dirinya
hanyalah hembusan udara
yang melintasi lintasan waktu
mengisi ruangruang yang kosong
ruangruang yang kosong

jalan raya bogor, 3/3/2011


*Catatan: Pada 28 April 2013 lalu, portal Radar Seni memuat tujuh puisi saya di kolom puisinya. Puisi KOREK API di atas adalah salah satunya. Puisi lainnya belum pernah dipublikasikan kecuali di blog pribadi saya yang lama, Kecoa Merah. Ketiga puisi ini tidak saya sertakan di dalam kumpulan puisi saya, Sudah Lama Tidak Bercinta Ketika Bercinta Tidak Lama.

Please follow and like us:

Post Comment

RSS
Instagram