bertotukan.com adalah sebuah tempat mengarsipkan dan juga menuangkan hal-hal yang tuangannya tidak terdeteksi atau tertampung pada tempat-tempat yang dimungkinkan untuk itu.

Jika pun sudah tertampung di tempat-tempat lainnya, tempat ini adalah juga tempat menggandakannya, namun tidak secara lengkap. Jika butuh kelengkapan, bisa tentunya melompat ke tempat-tempat terdahulu tersebut. Namun jika tempat-tempat terdahulu tersebut sudah tidak bisa menampungnya, maka tempat ini adalah tempat untuk menghadirkannya kembali.

Kira-kira begitu!

n.b. keterangan perihal bertotukan.com ini akan senantiasa berubah seturut panggilan zaman.

Pun pula nama bertotukan.com tentunya menunjukkan bahwa tempat ini merupakan semacam milik dari Berto Tukan.

 

Berto Tukan adalah seorang penulis dan peneliti lepas kelahiran Larantuka, Flores Timur dan kini berdomisili di Jakarta. Ia pernah belajar di Program Studi Jerman, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indone­sia (FIB-UI). Studi S1-nya diselesaikan di Program Filsafat, Sekolah Tinggi Filsa­fat Driyarkara, Jakarta. Pada 2018, ia menyelesaikan pendidikan Program Magister Filsafat di STF Driyarkara dengan judul tesis, “Perubahan Aura Karya Seni: Telaah Konsep Aura Karya Seni Menurut Walter Benjamin Dalam ‘The Work of Art in the Age of Its Technological Reproducibility’”. Bukunya yang telah terbit adalah Seikat Kisah Tentang yang Bohong (kumpulan cerpen, 2016), Sudah Lama Tidak Bercinta Ketika Bercinta Tidak Lama (kumpulan puisi, 2018), Aku Mengenangmu dengan Pening yang Butuh Panadol (kumpulan puisi, 2021), dan Kita #dirumahsaja dan Khawatir Akan Dunia (kumpulan puisi, 2021). Bukunya, Seikat Kisah Tentang yang Bohong, masuk nominasi lima besar Penghargaan Kusala Sastra Nusantara, katagori Karya Pertama dan Kedua. Selain cerpen dan puisi, ia juga menulis se­jumlah esai di pelbagai media massa cetak maupun daring, serta banyak terlibat di dalam penelitian seni rupa. Pernah aktif sebagai peneliti di Remo­tivi, sebuah lembaga yang saat itu khusus mengkaji dan mengadvokasi pertele­visian. Selain itu, ia beberapa kali menjadi periset untuk beberapa program dari Dewan Kesenian Jakarta, misalnya, program untuk penerbitan buku Seni Rupa Indonesia dalam Kritik dan Esai (2012) serta program Peneli­tian Karya Ilmiah Seni Rupa di Tiga Kota (Jakarta, Yogyakarta, dan Bandung). Bersama beberapa kawan pernah menerbitkan media cetak alternatif, seperti Pendar PenaProblem Filsafat, dan Dada Terbit. Pada 2015, ia bergabung dengan ruangrupa, sebuah kolektif seniman yang berbasis di Jakarta. Di ruangrupa, Berto mengelolah  www.jurnalkarbon.net bersama dua kawan, Dirdho Adithyo dan Bagus Purwoadi. Kini, Berto juga aktif sebagai koordina­tor subjek belajar di Gudskul: Studi Kolektif dan Ekosistem Seni Rupa Kontemporer, sebuah lembaga studi alternatif yang didirikan oleh tiga komunitas seni di Jakarta yakni ruangrupaSerrum, dan Grafis Huru Hara. Beberapa tahun terakhir ia banyak terlibat sebagai konsultan di Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi.

RSS
Instagram