“Swans Reflecting Elephants” Karya Salvador Dali

PUISI ADALAH PUZZLE

Adalah puzzle bila dikau renangi puisi
Bila dikau menanti kapal di dermaga
Adalah kertas A3; pajangan terpinang
Etalase toko.

Puisi jadi bendera kecil, mati di
Ujung samudera

“belajarlah merangkai puzzle lagi
seperti pagi ceria senyum kanak kita.”

Adalah puzzle bila dikau renangi puisi
Otakatik warnawarni gambar

Hidup antik tapa otak, moga wangi rasa tersisa

*Puisi ini pernah dipublikasikan di Harian Jurnal Nasional, 1 September 2013.

PUISI MALAM

jalanjalan di tengah malam
angin serak antara langit yang lenggang awan
bintang tak ada namun
dan bulan lupa nampak

gadisgadis sederhana berkain di jalanjalan
memanggilmanggil minta mampir
ahhhhh…
aku tak mau.. atau tak ada uang
ha… ha… ha……
botol vodga pecah di aspal

dan malam….
bawa aku pergi
aku ingin terus berjalan

“hello kawan long time no see”

tapi aku tak mau mampir
aku ingin terus berjalan
hingga ujung jalan ini menemukan aku
pada sesuatu yang entah apa

Malam ini, Matraman

“The Peasant Wedding” karya Pieter Bruegel the Elder

PUISI PAGI HARI

I
Gelembung bendungkan dingin
Dan pecah merah di lidah malam
Hitam legam yang kau adakan
Sewarna kulit teman kencanku semalam

Tipis selendang melambai-lambai
Meliuk-liuk melambai memanggil matahari
Dan awan yang belum disapa asap paberik
Mengintip perlahan, malu-malu, dan kikuk

Ah…,
kau temani pagiku yang lesu lesi berperih.
Dan selanjutnya sobat?

II
Semalam selepas makan di warteg pinggir kali itu
Aku ingat, engkau masih ada di sela pikir dan dengarku
Pagi-pagi kucari kau tuk berunding tentang pegal hari ini
Ah, teringat nenek yang ngajari menumbuk biji kopi
Ah, teringat ayah yang marah menangkap kita tengah bercinta

Dua seselendangmu mengada di antara berita-berita
Di atas panggung merah dan putih
Tiang tak berbendera perak pun memudar hitam
Bengkok di tanah berair lumpur

Mari, kita penuhi dada dengan racun
Tak perlu takut mati dini
Toh, mati adalah takdir (atau anugerah?)
“Kau pikir saja sendiri,”
Teringat bibir merah gadis berambut senja

III
hoooooooooooi…… pagi yang merekah merah dan
sangkala perlahan menyibak puncak dinding langit dan
embun mengejarnya…. Tertatihtatih dan
rerumputan yang bersih selesai mandi tak kuasa sembunyi dari
angkara murka; berlari

kita harus pergi, berucap sayonara pada tempat ini
kawankawanku
karena hidup tak bisa hanya di sini
kita harus pergi, berucap sayonara pada tempat ini
kawankawanku
walau hidup tak tahu kita ada
kita harus pergi, berucap sayonara pada tempat ini
kawankawanku
renyah nyanyian dan silau katakata memanggilmanggilku
kita harus pergi, berucap sayonara pada tempat ini
kawankawanku
dan kalian sebegitu cepatnya pamit permisi?
yah, aku pun harus pergi kawankawanku
mendendang pegal menisik sunyi kata
biar bisa bertemu kalian lagi……. esok pagi

ooooits… tunggu! mari kita mampir sebentar
membangkitkan tomboltombol mati; bangunkan gadis
yang tersenyum dalam mimpi; mengendap diri
Zum geburstag viel glueck yaaa….

20 Januari 2006


*Catatan: Puisi-puisi ini tidak disertakan di dalam Sudah Lama Tidak Bercinta Ketika Bercinta Tidak Lama

 

 

Please follow and like us:

Post Comment

RSS
Instagram