“…Revolusi keolahragaan kita adalah Sebagian daripada nation building Indonesia…”
(Soekarno)

 

Pada pertengahan Agustus hingga awal September nanti, Indonesia akan menjamu 44 kontingen olahraga dari seluruh penjuru Asia. Tentu saja ini adalah kesempatan yang membanggakan dan berharga untuk bangsa Indonesia. Sebagai tuan rumah Asian Games XVIII bangsa Indonesia akan menjamu dengan penuh hormat segenap olahragawan se-Asia.

Untuk menyambut penghormatan yang begitu besar dan kepercayaan yang begitu tinggi dari negara-negara Asia, bangsa Indonesia kini tengah berbenah menuju Asian Games XVIII. Selain merenovasi pusat olahraga yang sudah dimiliki, Kompleks Olahraga Gelora Bung Karno di Jakarta dan Kompleks Olahraga Jakabaring di Palembang, pembangunan Perkampungan Atlet pun sudah dibangun. Selain itu, beberapa fasilitas pendukung lainnya pun sudah dipersiapkan dan ada beberapa yang sedang dalam proses pembangunan. Semua persiapan ini rencananya akan beres pada awal Agustus nanti, menjelang pembukaan Asian Games XVIII.

Sebagai tuan rumah pun tentu Indonesia ingin mengukir prestasi olahraganya dengan baik di dalam perhelatan Asian Games kali ini. Untuk itu, para atlet di pusat pelatihan masing-masing cabang terus berlatih dengan giat untuk bisa bersaing secara sehat dengan kolega-koleganya dari seluruh penjuru Asia. Semangat untuk mengharumkan nama bangsa di bidang olahraga serta semangat untuk menjamu para kolega Asianya dengan pertandingan-pertandingan olahraga yang berkualitas tengah membara di dalam diri para olahragawan Indonesia. Semangat yang kuat untuk menjadi tuan rumah yang baik serta membanggakan ini tidak terlepas juga dari fakta sejarah bahwa Indonesia pernah dengan sukses menjadi tuan rumah Asian Games IV pada tahun 1962.

Maju Terus

Perangko Indonesia Edisi ASIAN GAMES IV, 1962 | Sumber: http://koleksifilateliku.blogspot.com/2015/02/tahun-1962-asian-games-ke-4-seri-i.html

Olahraga memang bukan sebuah cabang kehidupan yang dipandang sebelah mata di Indonesia. Sejak awal kemerdekaan, perhatian yang serius terhadap bidang olahraga memang sudah ada, meskipun di tengah kesulitan-kesulitan membangun negara baru. Pada 1948, tiga tahun setelah kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, Indonesia sudah berhasil mengadakan Pekan Olahraga Nasional yang pertama kalinya. Indonesia pun bisa dikatakan termasuk negara yang mendukung dan ikut serta di dalam proses terbentuknya Asian Games. Adalah pada 2-3 Mei 1948, diadakanlah Konperensi Persatuan Olahraga Republik Indonesia di Kota Solo. Salah satu usulan di dalam kegiatan itu adalah Pertemuan Olahraga Antar Negara-negara Asia.

Pada Olimpiade 1956 di Melbourne, Indonesia mengajukan proposal untuk menjadi tuan rumah Asian Games IV 1962. Kegigihan Indonesia untuk menjadi tuan rumah perhelatan olahraga taraf internasional di awal-awal masa berdirinya ini barangkali dilandasi oleh keinginan untuk mempererat persahabatan internasional. Hal ini dikatakan sendiri oleh Bung Karno di dalam wawancara dengan wartawan George Krausz, “… tidak boleh tidak ada suatu kesempatan dibiarkan lewat untuk menambah eratnya kerjasama internasional, baik bilateral maupun regional dalam segala lapangan.”

Dengan segala perjuangan yang gigih, Indonesia akhirnya disetujui untuk menjadi tuan rumah Asian Games IV 1962. Kerja-kerja maha raksasa untuk ukuran Indonesia kala itu pun dilakukan demi menyambut Asian Games 1962. Kompleks Olahraga Gelora Bung Karno pun dibangun. Selain itu, stadion sepak bola Gelora Bung Karno pun dibangun. Bersamaan dengan itu juga Kampung Atlet untuk para atlet Asian Games IV menginap. Ketika perwakilan Executive Committe AGF melihat pembangunan itu, mereka mengakui bahwa ide untuk memusatkan seluruh tempat olahraga di satu kompleks beserta juga dengan Kampung Artis merupakan sebuah ide yang pertama dan terbaik di dunia kala itu. Bukan cuma itu saja pujian terhadap persiapan Indonesia; mereka pun memuji Gelora Bung Karno dengan atapnya bermodel temu gelang yang dianggap sangat unik dan sesuai dengan negara tropis.

Tentu saja bukan cuma fasilitas fisik yang dibangun. Kesiapan para olahragawan Indonesia menjadi perhatian yang sangat serius. Pemusatan pelatihan para olahragawan Indonesia kala itu pun dilaksanakan di Kota Bandung. Kepada para olahragawan ini, Presiden Soekarno berpesan bahwa pada merekalah dititipkan nama Indonesia. Demikian ucapan Presiden Soekarno pada 2 April 1962 di hadapan segenap atlet yang tengah mempersiapkan diri di Pusat Pelatihan, di Gedung Olahraga Siliwangi, Bandung: “Saudara-saudara, kaum olahragawan, saudara-saudara ini sebenarnya dititipi nama Indonesia itu, agar supaya saudara-saudara berlatih, berjuang, belajar untuk mencapai prestasi yang setinggi-tingginya, oleh karena Saudara diharuskan membela nama Indonesia.”

Energy of Asia

Suasana Pembukaan ASIAN GAMES 2018 | Sumber: https://oumagz.com/ou-cool/yang-bikin-gagal-move-dari-opening-ceremony-asian-games-2018/

The Energy of Asia adalah tema penyelenggaraan Asian Games 2018 kali ini. Dengan tema itu, tanpa perlu mencari referensi lebih lanjut, langsung terbayanglah kepada kita bahwa Asian Games 2018 ini hendak mengeksplorasi, menyatukan, mempertunjukkan dan memaksimalkan energi yang ada di seluruh Asia. Menurut website penyelenggara faktor utama dari energy of Asia adalah keragaman budaya, bahasa, dan peninggalan sejarah. Yang mana, masih menurut sumber yang sama, jika ketiga hal ini digabungkan, akan menjadi sebuah kekuatan yang besar.

Ketiga hal itu memang ada sungguh di Indonesia. Gugus kepulauan yang dahulu dikenal dengan nama Nusantara ini memang sejak zaman dahulu kala menjadi sebuah jalur penting perdagangan; sebuah jalur yang disebut Jalur Rempah. Melalui perdagangan itulah, sejak zaman dahulu kala, gugus kepulauan ini memang sudah membuka tangan lebar-lebar pada para sahabat dari beragam bangsa dan budaya. Kedatangan berbagai orang dari berbagai bangsa dan negara di masa lalu itu semakin memperkaya budaya di nusantara yang pada dasarnya memang sudah kaya. Setali tiga uang dengan budayanya, bahasa pun lantas begitu beragam di Nusantara ini. Selain itu, peninggalan sejarah tak terhitung banyaknya. Tentu saja, tuanya peradaban di gugus kepulauan nusantara dan begitu banyak peristiwa yang menghiasi perjalanannya pun tidak bisa tidak membuat seluruh kepulauan ini penuh dengan beragam peninggalan sejarah. Bisa dikatakan, tiga hal utama yang menjadi elan vital The Energy of Asia ada di Indonesia.

Yang terpenting dari itu adalah kesadaran bahwa keragaman budaya Indonesia itu tercipta dari keterbukaan tangan wilayah ini atas kedatangan para sahabat, para saudara dari beragam wilayah, beragam budaya di Asia bahkan lebih jauh dari itu. Tentu saja bersamaan dengan itu, gugus wilayah nusantara ini pun membuka dirinya untuk bergaul secara sejajar dengan kebudayaan-kebudayaan lain yang dibawa saudara dan sahabat dari tempat-tempat jauh itu. Keterbukaan ini memungkinkan adanya akulturasi budaya yang membuat kebudayaan nusantara yang kini disebut Indonesia ini semakin kaya dan semakin beragam.


*Catatan: Tulisan ini pertama kali dipublikasikan di Majalah Indonesiana, Vol. 3, 2018.

Please follow and like us:

Post Comment

RSS
Instagram