PUKUL 17.30 kira-kira, saya ke luar dari kosan yang temboknya begitu hitam, buteg, jorok dan kucel. Wajar saja. Sejak pertama kali dicat ketika dibangun enam tahun yang lalu kira-kira, sampai hari ini ia tak pernah lagi dikasih pelembab kulit. Namun, kebutekannya kiranya esok hari—yakni hari ini—niscaya hilang. Pasalnya, ketika seorang tukang yang dipekerjakan Pemilik Kost sedang mengecat kamar di sebelah kamar saya yang kira-kira, menurut pengakuan calon penghuninya, besok malam—yakni nanti malam—akan ditempatinya, saya mengutarakan maksud saya untuk mengecat pula tembok kamar kostan saya pada Pemilik Kost. Ia pun berinisiatif untuk membeli sekaleng lagi cat tembok dan mempekerjakan sang tukang satu hari lagi.

Sumber Foto: https://id.wikipedia.org/wiki/Utuy_Tatang_Sontani

Saya naik busway menuju Matraman dan turun di Halte Matraman dan berjalan menuju Sevel Matraman. Di tempat inilah beberapa bulan lalu seorang lelaki yang tengah dimabuk cinta menulis sebuah puisi yang menurutnya romantis-melankolis:

CINTA ALETHEIA

Jakarta tua dan renta.
Mendung kelabu menebalkan kenanganku padamu;
Chairil pernah bilang, ‘mendung mempercepat kelam.’
Maka, puisi ini pun tercipta.

Pukul 06.04 petang, matahari tiada dan langit,
langit malu-malu di ketiak awan.

Entah kau terbang ke mana, ku lihat sebuah pesawat menembus kelabu.
Aku membayangkan langit terbelah dan engkau jatuh hidup-hidup
dari pesawat yang menebarkan nasib—seperti biarawati dalam Mr.Nobody.
Dan engkau jatuh hidup-hidup di hadapanku; tepat di hadapanku.
Mungkin sedikit lecet di kakimu yang memungkinkanku mengelus tungkaimu.
Atau jalanan di hadapanku memuntahkanmu dari salah satu taksi
yang terjebak macet.

Ini Jakarta dan 711 adalah persinggahan-persinggahan.
Kuharap kita akan sering singgah di ruangwaktu yang sama.

Aku tak hendak menyepakati waktutempat denganmu.

Engkau biarlah selalu adalah cinta monyetku; aku Lennier dan
kau Dellenku dalam Babylon 5.

Mungkin, kau juga boleh menjelma aletheia;
tak tersadari kapan menampakkan diri dan sedetik kemudian
menyembunyikan diri kembali.

Sesungguhnya, aku mencintaimu dengan cara yang sama sekali tak kusukai.

Baca lebih lanjut cerpen ini di IndoProgress.

Please follow and like us:

Post Comment

RSS
Instagram