Pada koran ,,Bataviaasch Handelsblad” edisi 14 Januari 1891, hlm. 2, terdapat surat dari Ratu Larantuka, istri dari Raja Lorenzo II, kepada Suster Selesta. Suster Selesta dari Ordo Fransiskanes itu merupakan teman dekat dari Sang Ratu. Menurut keterangan di koran tersebut, Sang Ratu ini adalah seorang gadis Katolik yang sepertinya pernah bekerja/belajar bersama suster-suster Fransiskanes di rumah sakit mereka di Larantuka.

Suster Selesta yang bertugas di Larantuka untuk beberapa saat pergi ke Semarang dan teman baiknya, Sang Ratu, menulis surat untuknya. Surat itu, masih menurut koran tersebut, ditulis dalam bahasa Melayu dengan aksara latin, dengan tulisan tangan yang sangat bagus dan ukuran huruf yang kecil, di atas selembar kertas catatan. Suster Selesta lantas mengirimkan surat itu ke keluarganya di Oldenzaal, Belanda.

Oleh keluarganya, surat tersebut dipublikasikan di ,,Weekblad voor Oldenzaal”, lantas dikutip oleh ,,de Tijd”, lalu dikutip lagi oleh koran yang disebutkan di atas.

Demikianlah hasil google translate acakadut.

Dengan demikian, bisa jadi surat ini ditulis pada tahun 1890 atau sebelumnya.

Dan di bawah ini foto artikel di koran dimaksud.

14-01-1891; nr. 11; jrg. 34; ed. Dag bezitskenmerk Koninklijke Bibliotheek 1640 C 1
14-01-1891; nr. 11; jrg. 34; ed. Dag bezitskenmerk Koninklijke Bibliotheek 1640 C 1

Dituliskan pula di sana perihal Raja Don Servus yang baru saja lahir kala itu. Ia diberi nama Servus Regina [atau Reinha atau Renya seturut pelafalan orang Larantuka] oleh ayahnya, Raja Lorenzo II, yang berarti Hamba Sang Ratu. Ratu yang dirujuk di sini adalah Perawan Maria yang Terberkati. Ketika Don Servus ini dibaptis, karena tidak ada nama santo pelindung pada Servus Regina, maka pastor memberinya nama Joannes (atau Joan) Santa Maria Joseph Laurentius. Namun ia tetap populer dengan nama Servus.

Please follow and like us:

Post Comment

RSS
Instagram