Kalian tentu sepakat dengan saya jika saya katakan bahwa kepala saya penuh dengan masalah pluralisme akir-akir ini. Ke pasar, pluralisme. Nonton tv, pluralisme, ke TIM Saliahara Kampus, pluralisme. Baca koran, pluralisme lagi. Radio, maaf saya jarang dengar radio. Pluralisme ada di mana-mana, bak taman bunga kita diajak merawatnya, bak anak kecil yang rentan penyakit, kita diajak memayunginya, bak mantra-mantra pendatang keberuntungan, kita diajakajak menghapal dan melafalkannya.

Lantas pada suatu ketika dalam sebuah bincang-bincang tak serius, tanpa niatan mencari makna dengan sungguh-sungguh, pandangan mata saya tertuju pada sekardus gelas air mineral. Nah, kardus itu sudah sedikit terbuka. Maka, terkelupaslah sedikit si kardus itu, lakban pabriknya pun menjulur ke bawah membawa kesan tak rapih sama sekali. Saya lantas memperhatikan sedikit dengan lebih lekat si kardus aqua gelas itu ; hal ini lebih baik dari pada saya harus memperhatikan gerak tangan si pembicara yang berdiri di depan sana.

Jadi si kardus ini terdiri dari kertas-kertas tebal berwarna coklat yang awalnya pastinya bersih dari coret-moret. Lantas, si kardus yang bersih ini dicoret-moretlah dengan warna dominan biru. Maka, tampaklah di sana bagiakan tinta yang menempel bak bedak tahan banting, tulisan merk si air mineral itu, di mana tempat membuatnya, sumber mata air mana, dan seterusnya dan seterusnya. Nah di dalam kardus ini kita nanti akan menemukan beberapa benda lagi seperti sedotan, si gelas air mineral (penutup atas plastik yang mudah tembus dan bening, awalnya lantas dikasih bedak tahan banting lagi dengan tulisan ini itu ini itu), lalu si wadah gelas plastik, barulah air nan segar nan bermanfaat itu. Bayangkanlah, untuk melindungi esensi dari si air gelas mineral itu, dibutuhkan berlapis-lapis benda dengan berlapis-lapis proses kerja pula. Untuk menutupi essensi gelas air mineral itu yang berfungsi untuk menghilangkan dahaga musafir di tengah padang belantara kehidupan, dibutuhkan beragam (kau bisa ganti dengan pluralitas) benda dan beragam kerja. Tak lain dan tak bukan adalah supaya si essensi gelas air mineral itu bisa sampai pada konsumen dan dinikmati, tentu saja dibayar terlebih dahulu.

Sumber: https://review.bukalapak.com/others/merek-air-mineral-kemasan-botol-terbaik-111785

Saya jadi pusing berpikir tentang plural-plural ini ketika sampai pada kesimpulan bahwa, capek-capeknya disiapkan beragam benda dengan beragam fungsi dari beragam jenis, mungkin pula dari beragam belahan bumi, hanya demi melindungi si air yang tak lain dan tak bukan berfungsi melepas dahaga seseorang yang mengantungi uang gope, atau sudah melakukan sebuah kegiatan yang bisa dihargai dengan uang gope; bantuin dorong mobil tetangga yang mogok misalnya.

Saya suka sekali untuk mengambil satu contoh dan menerapkannya pada hal yang lain; ini adalah kebiasaan buruk yang selalu saya pelihara, kalian tak usah mengikutinya, apalagi mengkritiknya dengan penuh jumawa, karena pada tempat pertama saya sudah mengetahui bahwa hal ini bodoh namun dengan sebuah sifat fanatik tertentu yang tak bisa juga saya jelaskan, tetap saya pelihara. Andaikanlah bahwa pluralisme yang akhir-akhir ini mengintip dan diintip kita di mana pun dan kapan pun, jangan-jangan hanyalah seperti si pembungkuspembungkus dan bendabenda pelengkap dari essensi si gelas air mineral tersebut.

Nah, jadi ketika saya ke sana ke mari dan masih pusing dengan si pulralplural ini, saya sebenarnya ternyata sibuk dengan soal-soal demikian : wah si plastik pembungkus gelas dengan si selotip pembungkus kardus itu beda loh. Wah, si tulisan di kardus dengan si tulisan di penutup gelas itu beda loh, meskipun apa yang ditulis di sana sama. Rupanya, ketika saya ke sana ke mari dan sibuk diintip si plural dan sibuk mengintip sang plural ini, saya ternyata belum juga berhasil meminum air yang ada dalam kemasan itu. Nah, ketika air ini berhasil saya minum, terbuang percuma dan sia-sialah segala benda-benda lain yang dari tadi setengah mati didefinisikan untuk membungkus dan menjaga keselamatannya. Pesan terakir dari tulisan ini; buanglah sampah pada tempatnya. Jika tidak, anda akan berhadapan dengan aktifis Lingkungan Hidup.

1/12/2010


*Catatan: Edisi tulisan lama yang sepertinya dipublikasikan di Dada Terbit.

Please follow and like us:

Post Comment

RSS
Instagram