Setiap orang pasti mempunyai sebuah watak dan tingkah laku tertentu yang menunjukan ciri khasnya sebagai individu. Terkadang, seseorang melekat dalam memori kita bukan karena wajahnya yang cantik rupawan atau kekayaannya yang begitu banyaknya, melainkan sifat-sifat tertentunya yang unik dan sangat mempengaruhi banyak orang.

Itulah manusia. Selain sama, dia pun berbeda-beda dan punya keunikan-keunikan kejiwaan tertentu. Salah satu ilmu yang mempelajari tentang keunikan jiwa yang berpengaruh pada tingkah laku dan sepak terjang seorang manusia dalam kehidupannya adalah ilmu Psikologi.

Ilmu yang mulai berkembang di dunia sejak abad XVIII dan XIX ini adalah ilmu yang meneliti secara khusus kejiwaan seseorang dan tingkah-lakunya yang dipengaruhi oleh kejiwaan itu. Dengan pendekatan psikologi, kita akan memahami kenapa dan bagaimana seseorang bersifat seperti ini dan bertingkah laku seperti itu.

Dalam perjalanan ilmu ini pun, ia sudah menghasilkan banyak sekali ilmuwannya (psikolog) dengan penemuan-penemuan dan analisa mereka yang cukup menggemparkan dan mempengaruhi bukan saja ilmu psikologi itu sendiri, melainkan banyak ilmu lain. Sigmund Freud, seorang psikolog cum filosof asal Jerman misanya, mempengaruhi hampir seluruh filsafat yang berkembang di barat. Salah satu yang sangat terpengaruh oleh Sigmund Freud adalah Mashab Frankfurt dengan Teori Kritisnya. Para pemikir di Sekolah Frankfurt saat itu mengembangkan teori kritis mereka dengan berpijak pada Karl Marx dan juga psikoanalisa Sigmund Freud.[1]

Tulisan ini bukanlah mau membahas pemikiran Sigmund Freud. Tulisan ini hendak memaparkan salah seorang tokoh besar dunia dan dengan bantuan pisau pemikiran psikolog Alfred Adler, hendak menjelaskan latar belakang psikologi, kepribadian, dan kejiwaan tokoh tersebut. Psikologi kejiwaannya yang seperti apa yang mendasari sikap dan tingkah lakunya. Tokoh yang hendak dibahas di dalam tulisan ini adalah Oskar Schindler, seorang Jerman pemilik pabrik metal yang menyelamatkan banyak orang Yahudi ketika terjadi pembantaian massal atas etnis itu oleh Jerman di bawah kepemimpinan Adolf Hitler dengan Partai Nazi-nya.

Pertama-tama, tulisan ini akan memaparkan barang sedikit biografi Oskar Schindler yang sepenuhnya berdasar pada sebuah buku karangan Thomas Keneally berjudul Schnidler’s List. Yang dipakai dalam tulisan ini adalah buku edisi Bahasa Indonesia yang diterbitkan Penerbit Jalasutra dengan penerjemah Sri Dwi Hastuti. Selanjutnya, tulisan ini akan memaparkan secara singkat beberapa pokok pemikiran psikolog Alfred Adler. Setelah itu kita akan melihat korelasi antara biografi Oskar Schnidler dengan teori psikologi Alfred Adler.

Biografi Singkat Oskar Schnidler[2]

Oskar Schnidler lahir pada 28 April 1908 di provinsi Moravia, wilayah Austria Kuno yang berbukit-bukit dan tinggal di kota Zwittau. Ke kota inilah nenek moyangnya pada abad XVI pindah dari Wina. Ayahnya bernama Herr Hans Schnidler seorang pemilik mesin pabrik industri, sebuah perusahaan yang digadang-gadangi ayahnya akan diwariskan pada Oskar Schnidler. Ibunya bernama Lousia. Seorang penganut katolik yang taat dan seorang perempuan yang sangat baik hati. Satu-satunya adiknya bernama Elfriede.

Oskar Schindler | Sumber: https://en.wikipedia.org/wiki/Oskar_Schindler

Keluarga ini hidup selayaknya keluarga-keluarga biasa, dengan kebahagiaan keluarga seperti keluarga-keluarga lain pada umumnya. Oskar dan ayahnya tidak seperti ibu dan saudarinya adalah penganut Katolik yang kurang taat. Namun ketaktaatan ini bukanlah sebuah masalah benar untuk keutuhan keluarga itu. Oskar Schnidler melalui masa kecil dan remaja yang menyenangkan di kota itu. Ia sudah dimanja sejak kecilnya. Hobinya adalah mengotak-atik mesin ayahnya dan juga membongkar pasang motornya yang hendak ia rakit sendiri.

Sejuak kecil, Oskar punya banyak teman Yahudi non-ortodoks. Di daerah itu jugalah seorang psikolog terkenal beberapa tahun sebelum kelahiran ayah Oskar, Hans Schnidler, lahir dari keluarga Yahudi non-ortodoks ini. Psikolog itu bernama Sigmund Freud. Saking akrabnya dengan teman-teman Yahudinya ini, sampai-sampai, jika saja Oskar kecil hidup beberapa tahun setelah itu, niscaya ia akan memukul setiap anak yang mengata-ngatai anak-anak Yahudi sepulang sekolah.

Ras, keturunan, dan asal-usul tidak banyak berarti untuk remaja Oskar. Ia lebih menganggap sepeda motornya sebagai segalanya di dunia ini. Kesenangan itu didukung oleh ayahnya yang berbakat montir. Tidak heran, di tahun terakhir kelas menengah, dia sudah berkeliling di Zwittau dengan motor Galloni Italia 500 cc. Pada 1928, ia mengikuti balapan di Sirkuit Altwater. Di sini ia berlomba dengan para pembalap profesional dan yang tengah menyandang titel juara nasional Jerman. Oskar hampir saja menang pada perlombaan ini. Namun karena sebuah kesalahan akibat salah sangka, mengakibatkan ia berada di peringkat tiga.

Pada 1928 pula, Oskar menikahi Emilie, anak seorang petani kaya asal Austria. Baik ayah Emilie mau pun ayah Oskar menentang pernikahan ini. Bagi Hans Schnidler, anaknya masih terlalu muda untuk menikah. Sebab, bercermin pada pernikahannya sendiri, Hans melihat bahwa akan ada kemungkinan ruimah tangga anaknya tak utuh selamanya, karena melihat sifat anaknya yang ingin bebas di masa mudanya itu.

Pada tahun 1930, ia masuk wajib militer dan berbagung dengan pasukan Cekoslowakia. Ia tidak menyukai kehidupan militer karena merasa diri tidak cocok di sana. Sekembalinya dari wajib militer, ia mengabaikan Emilie dan memulai kehidupan malamnya. Bisnis keluarga itu bangkrut dan pada 1935, ayahnya meninggalkan ibunya dan tinggal di apartemen sendiri. Hal ini sangat ditentang Oskar. Kematian ibunya membuat ia membenci ayahnya dan ayah anak itu bermusuhan.

Oskar Schnidler bukanlah seorang politisi atau pun seorang pemikir. Ia murni adalah seorang pedagan-pengusaha. Namun, tak ayal, ia merasa heran akan kediktatoran rezime baru ketika pada Maret 1939, dari Kastil Hradschin, Hitler memproklamirkan Protectorate Bohemia dan Moravia. Emilie dan ayahnya, Hans Schnidler, dari awal telah menyatakan ketaksetujuan akan rezime Hitler ini dan percaya bahwa Hitler tak akan bisa berhasil. Namun Oskar belum betul-betul tak setuju dengan rezime ini. Pada suatu malam, ia ditawari untuk memata-matai keadaan Polandia. Ia berangkat dengan alasan bahwa dengan demikian ia tidak perlu mengikuti Wajib Militer. Ia lantas membangun pabrik di Cracow pada 1939. Pabrik emailnya inilah yang nantinya akan menjadi sebuah tempat “persembunyian” yang aman bagi banyak orang Yahudi. Hal yang sama terjadi ketika ia memindahkan pabriknya ke Brinnlitz.

Pabarik Oskar mempekerjakan banyak tawanan Yahudi, suatu hal yang biasa untuk pabrik-pabrik milik orang Jerman saat itu. Namun tidak seperti di tempat-tempat lainnya, di pabrik Oskar para pekerja Yahudinya mendapat makanan yang sehat dan hidup layak, tidak seperti di tempat tahanan lainnya. Bahkan di Brinnlitz, mereka tidak menghasilkan apa-apa. Tempat itu otomatis hanyalah tempat penginapan mereka dari penyiksaan yang lebih kejam. Oskar bahkan beberapa kali masuk penjara karena membela pabriknya. Ia juga membayar denga uang pada para kepala penjagaan penjara orang Yahudi agar bisa membawa orang Yahudi tersebut. Ia pun menyogok para penjaga dari tentara SS yang ditempatkan di pabriknya untuk mengawasi para tawanan Yahudi. Uang-uang itu adalah uangnya sendiri. Oskar bahkan menempuh berbagai cara agar tawanannya tidak ditukar dengan tawanan lain. Sebab ada kebijakan dari Nazi saat itu untuk beberapa bulan sekali mengganti tawanan yang bekerja di pabrik dengan tawanan lain, sehingga semuanya bisa mendapat penyiksaan.

Oskar meninggal pada tahun 1970-an dan dimakamkan di Yerusalem. Ia mendapat penghargaan dari pemerintahan Israel atas jasanya menyelamatkan dan melindungi orang-orang Yahudi saat itu. Penghargaan itu diberikan oleh laporan dari para pekerja Yahudinya yang membentuk organisasi kekerabatan bernama Schlinderjuden.

Pemikiran Psikolog Alfred Adler[3]

Alfred Adler adalah psikolog pertama yang meilhat bahwa keberadaan manusia sangat ditentukan oleh keadaan sosial tempat ia tinggal. Alfred Adler mengembangkan teori psikologi yang menekankan hubungan dengan yang lain sebagai faktor utama pembentuk individu.

Alfred Adler | Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Alfred_Adler

Berbeda dengan Freud yang berpendapat bahwa komponen terpenting untuk hidup yang sehat adalah kemampuan untuk mencintai dan bekerja, Adler berpendapat bahwa selain dua hal yang dikatakan Freud, masih ada lagi hal lain yakni perasaan kebersamaan dengan orang lain dan keterlibatan dalam kehidupan masyarakat mereka.

Beberapa pokok penting pemikiran Adler adalah:

  • Pencapaian terakhir yang bersifat fiktif. Bagi Adler, perilaku kita didasarkan pada apa yang kita bayangkan terjadi di masa yang akan datang, bukan apa yang telah terjadi pada kita atau yang kita lakukan di masa lalu.
  • Menanggulangi inferioritas menjadi superioritas. Menurutnya pula, perilaku kita didasarkan pada keinginan untuk menanggulangi apa yang tak kita miliki dan apa yang tak bisa kita lakukan menjadi sesuatu yang mampu dan bisa kita lakukan dan yang akan kita miliki. Jadi di sini, manusia menjalankan semacam usaha untuk menyempurnakan dirinya.
  • Ketertarikan sosial. Dalam konsep ini, Adler menekankan pada ketertarikan manusia untuk memelihara hidup bersama, dalam sebuah komunitas masyarakat. Kejahatan-kejahatan dan perasaan minder diri bagi Adler adalah sebuah kekosongan individu atas ketertarikan sosial ini.
  • Gaya hidup. Menurut Adler, pencapaian terakhir yang bersifat fikitf, penanggulangan inferioritas menjadi superioritas dan ketertarikan pada kehidupan sosial setiap individu akan terejawantah dalam gaya hidupnya. Gaya hidup ini tentu saja akan berbeda antara satu individu dengan yang lainnya, karena individu itu pun punya keunikannya masing-masing.
  • Kekereatifan diri. Bagi Adler, berketurunan adalah kemampuan kita yang sangat unik dan dengan bermasyarakat kita mengembangkan kemampuan itu.

Kelahiran dan kedudukan kelahiran dalam keluarga juga memberikan pengaruh signifikan untuk kepribadian seseorang. Karena menurut Adler, setiap anak yang lahir dari ayah ibu yang sama pasti tidak akan persis membawa gen yang sama tiap-tiapnya. Setiap anak pasti punya keunikan genetiknya sendiri, yang pada akhirnya membawanya pada keunikan individunya.

Bagi Adler, seorang anak pertama akan lahir dengan keadaan umum sebagai yang menerima perhatian sepenuhnya dari orang tuanya. Dia akan membagi kebahagiaan itu dengan adiknya ketika adiknya lahir. Hal ini bila berjalan positif akan menghasilkan seorang anak yang mempunyai respons yang besar dengan sekitarnya dan sangat memperhatikan orang lain. Negatifnya, anak ini akan merasa takut secara tiba-tiba dengan masa depan, pesimis, konservatif dll.

Relevansi Pemikiran Adler dengan Sosok Oskar Schnidler

Sebagai anak pertama, dari biografi singkat Oskar Schnidler di atas, kita melihat bahwa ia benar-benar mengalami perhatian yang penuh dari orang tuanya (terlebih ayahnya—untuk kasus Oskar). Meski pun ia nantinya akan membagi perhatian tersebut dengan adiknya, namun berhubung mereka hanya dua bersaudara, kehilangan perhatian dari orang tua tak pernah dirasakan Oskar.

Perkembangan pribadi Oskar Schnidler pun terlihat lebih menuju pada perkembangan pribadi yang positif dari kedudukannya sebagai anak yang lahir pertama kali dari keluarga Schnidler. Terlihat bahwa Oskar sangat tertarik dan melibatkan diri sepenuhnya dengan lingkungan sosialnya. Dari berteman dengan siapa saja di masa kecil, hingga perjuangannya untuk menyelamatkan sesama manusianya dari pembantaian membabi buta dari sebuah rezime tertentu.

Oskar Schnidler pun terlihat sepertinya memperjuangkan sesuatu tujuan akhir yang luhur dan cukup abstrak serta fiktif; yakni perjuangan demi sebuah persamaan hak atas semua umat manusia tanpa memandang ras dan asal usulnya.

Sebagai manusia, Oskar pun punya kelemahan. Ia tidak setia pada istrinya dan meninggalkan istrinya serta gemar mencari pasangan lain selain istrinya. Namun keadaan inferiornya ini bisa ditanggulanginya dengan memajukan keadaan superiornya yakni kekuasaan dan hubungan diplomasinya yang canggih dengan para pembesar Nazi. Dengan demikian, terlihatlah di mata publik (para pekerja Yahudi di pabriknya), Oskar sebagai sosok manusia yang baik budi. Kelemahannya seperti kegemarannya dengan wanita dianggap biasa dan wajar oleh para pekerja Yahudinya. Dengan demikian, Oskar telah berhasil ‘menutupi’ inferioritas’-nya dan menaikan kadar ‘superioritas’-nya.

Tentu saja segala perjuangannya demi mencapai tujuan akhir yang fiktif dengan usaha menutupi sisi inferiornya dan memajukan sisi superiornya ini dimungkinkan oleh gaya hidup Oskar yang unik. Kegemarannya mendatangi kafe dan bar serta kegemarannya mengadakan pesta membuatnya punya kesempatan untuk berkenalan dengan banyak pejabat yang nantinya berguna untuk misinya yakni menyelamatkan orang-orang Yahudi di pabriknya. Dengan sebuah gaya hidup tertentu, Oskar berhasil mewujudkan dua dari bebera faktor utama pribadinya.

Gerbang Auschwitz | Sumber: https://www.klm.com/destinations/cz/en/article/the-mechanized-horror-of-auschwitz

Penutup

Demikianlah telah kita lihat bagaimana seorang personal pahlawan kalangan Yahudi, Oskar Schnidler, bisa dijelaskan tingkah perilakunya sebagai Herr Schnidler sang Dewa Penyelamat. Dengan memandang kedudukan kelahirannya di dalam keluarga serta dikaitkan dengan konsep Adler tentang kelahiran itu, terlihatlah bahwa sebagai anak pertama, Oskar punya potensi untuk melakukan sebuah tindakan heroik yang berguna bagi banyak orang.

Pelajaran yang kita ambil dari pembahasan atas pribadi Oskar dengan menggunakan psikoanalisa Alfred Adler ini membuktikan bahwa teori Alfred Adler sudah sangat berhasil menjelaskan keadaan psikologi seorang manusia. Semakin mengenal diri kita membuat kita semakin bisa mengambil keputusan yang tepat untuk hidup kita hari ini dan di masa depan.***

Schnidler’s List

[1] Lih. Frans Magnis Suseno dalam bagian pengantar buku karangan Sindhunata, (1983), Dilema Usaha Manusia Rasional: Kritik Masyarakat Modern oleh Max Horkheimer dalam Rangka Sekolah Frankfurt, Jakarta: Gramedia
[2] Disarikan dari buku karya Thomas Keneally, (2006), Schnidler’s List, diterjemahkan dari edisi Bahasa Inggris oleh Sri Dwi Hastuti, Jogjakarta: Jalasutra.
[3] Bagian ini disarikan dari Calvin. S Hall, and Gardner Lindzey, Introduction to Theories of Personality, hal. 143-156.


*Catatan: Tulisan ini merupakan makalah untuk mata kuliah Psikologi Kepribadian di S1 STF Driyarkara, 2009.

Please follow and like us:

Post Comment

RSS
Instagram