SEIKAT KISAH TENTANG YANG BOHONG (selanjutnya disingkat SKTB) adalah buku tunggal pertama saya yang terbit pertama kali pada November 2016. Ini adalah buku kumpulan cerpen yang berisi 16 cerpen saya. Empatbelas di antaranya sudah dipublikasikan di media massa cetak mau pun daring. Hanya dua cerpen yang belum pernah dipublikasikan. SKTB ini berhasil mengada oleh bantuan banyak pihak, terutama editornya dan juga yang mengupayakan penerbitannya yakni Kak Prima S. Wardhani.

Selain Prima, banyak pula yang turut bekerja membantu hingga akhirnya buku ini berhasil disajikan di meja-meja sepi para pecinta sastra dan para pembaca budiman. Mereka adalah; (1) Oom David Tobing—Si Wittgenstein-nya Komunitas Marx—yang menulis epilog ciamik untuk SKTB ini bahkan pakai catatan kaki begitu banyaknya, (2) Mas Irwan Bajang—sang juragan buku indie Indonesia—yang bersama Kak Prima menjalankan Penerbit AlphaCentauri itu, dan yang terakhir namun teramat menentukan (3) Kak Ayos Purwoaji yang pada punggungnyalah masa depan seni rupa kontemporer Jawa Timur bertumpu. Tentu saja selain empat nama krusial itu masih banyak nama lain yang membantu namun saya terlampau malas untuk mengetiknya satu-satu ditambah mesti menambah embel-embel lebay di belakangnya seperti yang saya lakukan terhadap ketiga kaka di atas.

Sedikit catatan untuk Kak Ayos Purwoaji aka AKLAM PANYUN ini. Beliau sesungguhnya adalah seorang yang mampu untuk membekukan moment-moment yang terus bergerak di dalam waktu. Oleh karena itu, ketika Kak Prima bilang bahwa untuk SKTB ini penerbit, Alpha Centauri, ingin mengajak seorang kawan seniman bernama Ayos untuk mengisi ilustrasi dengan foto-foto karyanya, saya terperangah dan meng-iya-kan seketika. Bahkan ketika dikirimkan kepada saya foto-foto hasil interpretasi Kak Ayos itu untuk ditanya persetujuan atau catatan-catatan, saya tak banyak berujar. Saya langsung setuju 100%. Kak Ayos pun lantas menyumbangkan 17 foto, sweet seventeen banget ga sih (?), yang ciamik-ciamik betul sebagai hasil interpretasi beliau atas cerpen-cerpen itu. Cerpennya enambelas buah, interpretasi Kak Ayos jadi tujuhbelas buah. Sebagaimana misal, untuk cerpen “Sebuah Perempatan Pukul Lima Petang”, beliau menginterpretasinya dengan foto seekor kucing baring-baringan di atas sepasang sepatu.

Berkat kebohongan dari si SKTB ini, ia diganjar lima besar katagori karya perdana dan kedua pada ajang Kusalah Sasstra Khatulistiwa 2016-2017. Dan kini, SKTB mencari jalan hidupnya. Entah jadi apa itu anak, hanya waktu yang tahu.

Kusala Sastra Khatulistiwa 2017, Atrium Plaza Senayan | Sumber Foto: commons.wikimedia.org/
Please follow and like us:

Post Comment

RSS
Instagram